Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bukan suatu masalah baru jika Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan kurang diminati sebagian besar peserta didik kita. Keadaan seperti itu memang telah banyak menjadi bahan kajian para pakar matematika.Terbukti dengan banyaknya diskusi dan seminar pendidikan tentang matematika. Penyempurnaan kurukulum pun telah dilakukan pemerintah. Namun demikian persoalan tidak begitu saja mudah diatasi.
Guru sebagai tenaga pelaksana di lapangan tetap harus berpikir keras bagaimana mengemas materi pelajaran matematika agar menjadi menarik dan mudah dipahami siswa,sehingga gairah dan motivasi mereka untuk belajar matematika meningkat. Hal ini penting karena dari sinilah prestasi siswa dapat kita pacu.Gairah dan motivasi yang kuat dapat menjadi salah satu faktor pendorong keberhasilan pembelajaran.
Selain itu pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas harus pula menjadi perhatian guru. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran tergantung pada kualitas pembelajaran yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Bertumpu pada persoalan yang diuraikan secara singkat di atas, kiranya perlu dikaji lebih jauh tentang faktor-faktor penyebab matematika kurang diminati siswa,bagaimana menyajikan pembelajaran matematika agar menarik dan menantang, bagaimana penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika,serta bagaimana peran guru dalam pendekatan pembelajaran tersebut.
C. Tujuan
1. Bagi guru
Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih pemikiran
dan memberi gambaran sederhana bagi guru dalam menyajikan pelajaran matematika agar lebih menarik dan menantang , sehingga dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi persoalan mengapa mata pelajaran matematika dianggap sulit kurang diminati siswa. Selain itu diharapkan pula guru menjadi lebih memahami penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika serta memahami pula peran dan fungsinya sehingga tujuan pembelajaran tercapai seperti yang diaharapkan.
2. Bagi siswa
Dengan penggunaan pendekatan kontekstual dan penyajian matematika yang
menarik dan menantang diharapkan siswa lebih bergairah dan termotivasi untuk belajar matematika sehingga prestasi belajar mereka meningkat. Selain itu siswa juga mengetahui manfaat setiap apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran matematika untuk kehidupannya.
Bab II
Kajian Pustaka
A. Faktor-faktor Penyebab Matematika Kurang Diminati Siswa
Selama ini umumnya siswa cenderung menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami .Menurut Dr. Tatang Herman ( Workshop OSN – SD, 28 – 30 April 2009 ) yang diikuti Guru Pendamping Olimpiade Matematika Tingkat Propinsi Jawa Barat di Bandung anggapan seperti itu dimungkinkan akibat:
1. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas tidak dikemas dalam bentuk kegiatan yang menarik, variatif dan menantang.
2. Pendekatan Contectual Teaching and Learning seringkali dilupakan guru,dalam arti guru mengajarkan Matematika tidak berangkat dari apa yang telah diketahui siswa. Siswa dianggap seperti botol kosong yang siap menerima pengisinya. Padahal sebenarnya dalam diri siswa telah ada pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya.
3. Peran guru masih sangat dominan dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga tidak memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam pembelajaran matematika seringkali guru memaksakan pola pikirnya
terhadap siswa.
4. Metode problem solving (pemecahan masalah) masih jarang sekali dilakukan guru.
B. Pembelajaran Matematika yang Menarik dan Menantang
Agar pembelajaran matematika di kelas diminati siswa, guru harus pandai menyajikan setiap materi pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik dan menantang minat siswa. Seperti apa yang dikemukakan Dr. Tatang Herman pula ( Workshop OSN-SD Propinsi Jawa Barat ), Pembelajaran Matematika akan menjadi menarik apabila :
1. menantang kemampuan dan kemauan siswa.
2. memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari
penyelesaian permasalahan yang dihadapi ( bereksplorasi )
3. menuntut penggunaan potensi siswa secara optimal.
4. diketahui manfaatnya oleh siswa.
5. menggunakan media pembelajaran.
Bandingkan contoh penyajian materi sebagai berikut :
a. Materi Penjumlahan :
Contoh 1 :
5 + 7 = ....
7 + 8 = ....
Contoh 2 : Sekelompok bilangan terdiri dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Letakan 3 buah bilangan di atas pada kotak-kotak di bawah ini sehingga menjadi penjumlahan yang benar !
.... + .... = ....
Buatlah pola penjumlahan sebanyak-banyaknya !
Penjumlahan bilangan negatif bisa menggunakan tutup botol limun :
Contoh :
- 5 + 7 = ….
N N N N N + P P P P P
P P
Tutup botol N = negatif
Tutup botol P = positif
N + P = 0
5 N + 5 P = 0 maka yang tersisa adalah 2 tutup botol P
Artinya untuk penjumlahan – 5 + 7 hasilnya adalah 2.
Dari kedua contoh di atas kita dapat menemukan penjumlahan mana yang
lebih variatif dan menantang kemampuan siswa untuk berpikir kreatif.
Guru dapat mengembangkannya ke konsep lain. Agar lebih menarik dan utnuk menghindari verbalisme, bisa digunakan media pembelajaran ( biji-bijian,kelereng, potongan lidi, tutup botol limun, tali rapia, kaleng susu, kaleng biskuit , dus bekas dsb. )
Strategi Pembelajaran Matematika :
1. Mulailah dengan apa yang diketahui siswa.
2. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
3. Berikan kesmpatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bereksplorasi.
4. Hindari respon negatif.
5. Berikan penguatan-penguatan.
6. Rayakan keberhasilan.
C. Penggunaan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Dari sekian banyak pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan guru di kelas, terdapat salah satu pendekatan yang disebut Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Dengan pendekatan ini diharapkan siswa lebih cepat memahami persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika, serta mampu menyelesaikan persoalan-persoalan itu melalui pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pendekatan kontekstual lahir didasarkan pada hasil penelitian Joh Dewey ( 1916 ) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, menyimpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Kebanyakan pelajar di sekolah tidak mampu membuat kaitan anatara apa yang mereka pelajari dengan bagaiamana pengetahuan itu dapat dimanfaatkan. Hal ini terjadi karena cara mereka memproses tujuan dan motivasi untuk belajar tidak tersentuh melalui kaidah pengajaran yang biasa dilakukan.
Pembelajaran konstektual merupakan suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan nya dalam kehidupan sehari - hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan menerima transfer pengetahuan dari guru. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya.
Menurut Depdiknas ( 2002 : 3 ) “ Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari “.
Suherman, Erman ( 2003 : 3 ) berpendapat, “ Pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil ( mensimulasikan, menceritakan, berdialog ) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat menjadi konsep yang dibahas.
Tugas guru dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah mengelola sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.
Menurut Nurhadi dan A.G. Senduk ( 2003 : 31 ) , “ Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu :
Kostruktivisme ( contractivism ), menemukan ( inquiri ), masyarakat belajar ( learning community ), bertanya ( questioning ), permodelan ( modelling )
refleksi ( reflektion ), dan penilaian sebenarnya ( authentic assessment ) “
Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual apabila menerapan ketujuh komponen tersebut dalam proses pembelajarannya.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut Depdiknas ( 2002 : 10 ) adalah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. ( Constructivisme )
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. ( Inquiry )
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. ( Questioning )
4. Ciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok- kelompok
( Learning Community )
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran ( Modeling )
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan. ( Reflection )
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dan objektif dengan berbagai cara.
( Authentic Assesment )
Jika segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual dipersiapkan dengan baik maka diharapkan hasilnya akan lebih meningkat.
Penggunaan pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran Matematika merupakan salah satu alternatif untuk menyajikan pembelajaran matematika lebih menarik dilihat dari karakteristik pendekatan tersebut. Pembelajaran akan lebih bermakna jika dimulai dari apa yang diketahui siswa, dan siswa mengalami sendiri proses pembelajaran tersebut sehingga bisa mengkonstruksi pengetahuan baru yang
diperolehnya dari pengetahuan yang sudah dimiliki.
Dalam setiap pembelajaran matematika, guru harus memulai menggali materi pembelajaran dari apa yang telah dimiliki siswa. Gunakan pula media pembelajaran yang bersumber dari lingkungan sekitar siswa ( prinsip alam takambang ).Hal inilah yang sering dilupakan guru. Selama ini seorang guru matematika lebih sering memaksakan pola pikirnya terhadap siswa, daripada memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bereksplorasi.Sudah saatnya guru menyadari betul bahwa siswa memiliki sejumlah pengetahuan yang harus dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dirancang guru.
Ada 5 elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual :
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
2. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari keseluruhan dulu,
kemudian memperhatikan detail-detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan dengan cara penyusunan konsep sementara,
melakukan sharing untuk memperoleh tanggapan, proses revisi dan
pengembangan konsep.
4. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh.
5. Melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan tersebut.
Namun demikian keberhasilan sebuah pendekatan tentu saja sangat tergantung pada kemampuan dan kesiapan guru dalam memanfaatkan semua komponen yang terlibat di dalamnya. Semuanya tergantung niat dan kesungguhan
guru dalam menciptakan sebuah proses pembelajaran.
D. Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.Maksudnya guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas tugas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari siswa.
2. memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian secara seksama.
3. mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa untuk memilih
dan mengaitkan dengan konsep yang akan dibahas dalam pendekatan
kontekstual.
4. Merancang pembelajaran dengan mengaitkan konsep yang dipelajari
dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan
lingkungan hidup mereka.
5. menjadi fasilitator proses belajar siswa.
Bab III
P e n u t u p
A. Simpulan
Dari uraian singkat di atas pelajaran matematika yang dianggap sulit dan kurang diminati siswa, ternyata dapat kita atasi dengan menyajikan mata pelajaran tersebut semenarik mungkin melalui pembelajaran yang berkarakter :
1. menantang kemampuan dan kemauan siswa.
2. memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mencari
penyelesaian permasalahan yang dihadapi ( bereksplorasi )
3. menuntut penggunaan potensi siswa secara optimal.
4. diketahui manfaatnya oleh siswa.
5. menggunakan media pembelajaran.
Penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika akan membantu siswa dan guru mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal jika guru
memiliki persyaratan berikut :
1. menguasai dan memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan
kontekstual dengan baik.
2. mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh.
3. menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan
menyenangkan.
4. selalu menghargai kemampuan siswa.
5. mampu menempatkan diri sesuai peran dan fungsinya.
B. Saran
Pendidikan merupakan sebuah proses dinamis yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan pola pikir manusia. Oleh sebab itu guru hendaknya selalu peka terhadap setiap perkembangan pendidikan yang terjadi.
Tidak ada salahnya guru selalu mencoba melakukan berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran di kelas sepanjang semua itu demi peningkatan mutu pendidikan. Apalagi bagi guru yang telah lulus program sertifikasi sebagai guru profesional.
Pendekatan kontekstual dengan segala karakternya harus dicoba. Untuk itu guru harus memahami dan menguasai pendekatan tersebut.Selain itu guru harus selalu mempersiapkan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai secara maksimal.
Daftar Pustaka
Hamalik , Oemar ( 2003 ) Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Herman Tatang ( 2009 ). Mempersiapkan Siswa Peserta Olimpiade
Matematika. Bandung : Woskshop Guru Pembina Olimpiade Matematika
SD.
Sudjana, Nana ( 2004 ). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Wardani I.G.A.K ( 2011 ). Teknik Menulis Karya Ilmiah Jakarta : Universitas
Terbuka.
Winataputra.S. Udin ( 2011 ). Materi dan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar